Pola makanan diabetes. Tingkat pengetahuan yang rendah
dapat mempengaruhi pola makan yang salah sehingga menyebabkan kegemukan dan
akhirnya membuat kadar glukosa darah menjadi naik. Diperkirakan sebesar 80-85%
penderita DM tipe-2 mengalami kegemukan. Hal ini terjadi karena tingginya
asupan karbohidrat dan rendahnya asupan serat. Salah satu upaya pencegahan DM
adalah dengan perbaikan pola makan melalui pemilihan makanan yang tepat.
Semakin rendah penyerapan karbohidrat, semakin rendah pula kadar glukosa darah.
Kandungan serat yang tinggi dalam makanan mempunyai indeks glikemik yang rendah
sehingga dapat memperpanjang pengosongan lambung yang dapat menurunkan sekresi
insulin dan kolesterol total dalam tubuh.
Penderita DM dianjurkan menganut
pola makan seimbang. Namun dari hasil penelitian terhadap penderita DM,
ternyata 75% tidak mengikuti pola makan atau diet yang dianjurkan. Kebanyakan
konsumsi serat masih kurang dari angka yang dianjurkan yaitu > 25 gram per
hari. Selain itu, diet tinggi karbohidrat sederhana dan sereal rendah serat
dapat meningkatkan risiko DM tipe-2. Di lain hal, ternyata asupan tinggi serat
dapat mengendalikan kadar glukosa darah pada pasien DM.
Nilai zat gizi dan energi bagi
penderita diabetes berbeda dengan orang yang sehat. Perhatikan nilai zat gizi
dari makanan yang Anda konsumsi agar terhindar dari implikasi diabetes, seperti
hipertensi dan penyakit jantung.
Energi
Total energi yang dibutuhkan penderita
DM berbeda dengan orang yang tidak menderita DM. Total energi ini diperoleh
dari karbohidrat, protein, dan lemak. Satu gram karbohidrat dan protein
masing-masingnya menghasilkan 4 kkal dan
1 g lemak menghasilkan 9 kkl. Proporsi masing-masingnya dalam total
energi adalah 55-60% dari karbohidrat, 12-20% dari protein, dan lemak kurang
dari 30%. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan
metabolisms basal sebesar 25-35 kkal per kg berat badan normal, ditambah
kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus (misalnya kehamilan atau
laktasi serta ada tidaknya komplikasi).
Karbohidrat
Jenis karbohidrat yang diutamakan
adalah jenis kompleks karena selain merupakan sumber serat juga banyak di
antaranya yang mengandung vitamin. Adapun jenis karbohidrat kompleks di
antaranya nasi, roti tawar, jagung, sereal, havermout, kentang, ubi, singkong,
tepung terigu, sagu, dan tepung singkong.
Jenis karbohidrat sederhana bagi
penderita diabetes haruslah dibatasi. Karbohidrat sederhana misalnya semua
jenis gula, madu, dan semua makanan yang diolah atau berbahan baku menggunakan
gula dan madu. Karbohidrat jenis sederhana lebih cepat dicerna dan diserap
sehingga membuat kadar glukosa darah meningkat dengan cepat dan tinggi sehingga
terjadi keadaan hiperglikemia. Selain itu, karbohidrat sederhana juga tidak
mengandung vitamin, mineral, dan serat. Penggunaan gula murni dalam minuman dan
makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar
glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengonsumsi gula murni sampai
dengan 5% dari total energi (setara dengan 2,5 sdm gula pasir). Namun,
penggunaannya didistribusikan untuk 1 hari.
Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah indeks glikemik dari makanan. Indeks glikemik (GI) adalah skala atau
angka yang diberikan pada makanan tertentu berdasarkan seberapa besar makanan
tersebut meningkatkan kadar gula darah dan skala yang digunakan adalah 0-100.
Indeks glikemik disebut rendah jika berada di skala < 50, indeks glikemik
sedang jika nilainya 50-70, dan indeks glikemik tinggi jika angkanya > 70.
Makanan dengan indeks glikemik
tinggi dengan cepat dipecah di saluran pencernaan dan akan melepaskan glukosa
secara langsung ke dalam darah, akibatnya terjadi peningkatan kadar glukosa
darah dengan cepat dan tinggi. Sementara itu, makanan dengan indeks glikemik
rendah dipecah dengan lambat dan akan melepaskan glukosa secara bertahap ke
dalam darah sehingga akan menghasilkan efek kurva glukosa darah yang halus
tanpa fluktuasi. Oleh karena itu, makanan dengan indeks glikemik rendah akan membantu mengatur kadar
glukosa darah pada orang dengan penyakit DM.
Tabel Indeks Glikemik Beberapa Makanan
Bahan Makanan
|
IG
|
Bahan Makanan
|
IG
|
Glukosa
|
138
|
Sereal (terbuat dari padi-padian)
|
73
|
Kentang dan Zat tepung
|
135
|
Spagheti
|
66
|
cornflakes (makanan yang terbuat dari
gandum dan jagung)
|
119
|
Apel
|
53
|
Roti putih
|
100
|
Es krim
|
52
|
gula putih (surkrosa)
|
86
|
Susu
|
49
|
Beras/nasi
|
83
|
Madu asli (fruktosa)
|
30
|
Pisang
|
79
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dari tabel di atas, terlihat
bahwa kentang mempunyai indeks glikemik lebih tinggi dibandingkan gula putih
dan es krim. Indeks glikemik es krim menjadi rendah karena dalam proses
pembuatannya ada campuran bahan yang berindeks glikemik tinggi dengan bahan
yang berindeks glikemik rendah, yaitu campuran gula pasir dan susu. Oleh karena
itu, Anda harus memperhatikan saat mengonsumsi karbohidrat murni yang bukan
merupakan bagian dari makanan campuran.
1. Pada saat mengonsumsi snack di
antara waktu makan, dianjurkan memilih snack dengan indeks glikemik rendah.
Lebih baik mengonsumsi 1 buah apel ketimbang 1 iris roti.
2. Gula pasir akan memiliki indeks
glikemik tinggi saat dikonsumsi sebagai pemanis teh atau kopi. Namun, indeks
glikemiknya akan rendah jika dicampurkan ke dalam makanan, misainya dicampurkan
ke dalam masakan sayuran, lank pauk, atau diolah sebagai campuran dalam sereal.
3. Kentang indeks glikemiknya juga
akan tinggi jika dikonsumsi dalam bentuk tunggal dan akan rendah jika
dikonsumsi dalam bentuk olahan atau campuran. Kentang panggang atau rebus indeks
glikemiknya lebih tinggi dibandingkan dengan sup kentang, perkedel kentang,
atau donat kentang. Jika ingin mengonsumsi kentang panggang atau kentang rebus,
sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan makanan lain.
Protein
Kebutuhan protein pada penderita DM
sama dengan populasi secara umum. Kecukupan protein yang dianjurkan untuk orang
dewasa adalah 0,8-1 g per kg berat badan atau setara dengan 12-20% dari total
energi dan ini sama dengan kebutuhan penderita DM. Kelebihan jumlah asupan
protein harus dihindari karena bisa berisiko terhadap kesehatan, terutama
ginjal.
Jika tidak ditangani dengan baik
dan mengabaikan jumlah asupan protein yang berlebihan, penyakit DM akan
berakibat timbulnya komplikasi pada organ ginjal. Manifestasi lanjut kelainan
ginjal pada DM ini disebut dengan nefropati diabetik. Seseorang dikatakan dalam
stadium nefropati diabetik bila ditemukan albumin pada urin penderita DM.
Keadaan ini sering diikuti dengan hipertensi dan menurunnya fungsi ginjal. Pada
keadaan ini, perlu dilakukan pembatasan protein menjadi 0,8 g per kg berat
badan atau sekitar 9-10% dari total energi.
Lemak dan Kolesterol
Pemberian lemak total dianjurkan
tidak lebih dari 30% total energi dengan komposisi 10% berasal dari lemak tidak
jenuh ganda, 10% dari lemak tidak jenuh tunggal, dan 10% lagi dari lemak jenuh.
Untuk pemberian kolesterol dianjurkan dibawah 300 mg per hari. Namun, pada
beberapa pasien DM yang mempunyai kadar trigliserida darah tinggi dan kadar LDL
kolesterol tinggi akan mempunyai respons yang lebih baik jika diberikan lemak
tidak jenuh tunggal sebesar 40-45%.
DM yang disertai dengan
peningkatan kadar trigliserida dan LDL darah serta penurunan kadar HDL
kolesterol dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Secara umum,
kejadian penyakit jantung setidaknya dapat terjadi 2-3 kali lebih banyak pada
DM tipe-2. Pada DM tipe-1, kadar lemak darahnya tidak berbeda dengan non
penderita diabetes, tetapi mereka masih berisiko terkena penyakit jantung.
Pada prinsipnya, perbaikan profit
lemak darah akan menurunkan komplikasi jantung pada DM, yaitu dengan menurunkan
lemak total, LDL, trigliserida, dan menaikkan HDL darah melalui pengaturan
makanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi asam lemak jenuh dengan
asam lemak tidak jenuh ganda dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Sumber asam lemak tidak jenuh
adalah minyak zaitun, minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak
jagung, minyak kacang kedelai, kacang-kacangan dan alpukat. Jenis makanan ini
mengandung lemak yang baik, tetapi nilai energinya juga tinggi sehingga jika
dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan membawa dampak pada peningkatan berat
badan atau kegemukan.
Vitamin dan Mineral
Respons pemberian tambahan
vitamin dan mineral pada penderita DM sangat ditentukan oleh status gizi
individu. Hanya individu yang mengalami defisiensi vitamin dan mineral yang
mendapatkan keuntungannya, terutama pada penderita diabetes yang membatasi
secara ekstrim asupan energi, vegetarian, orang tua, ibu hamil, dan menyusui.
·
Vitamin
Sebuah penelitian mengatakan
asupan vitamin antioksidan (vitamin C dan E) perlu diperhatikan. Vitamin C dan
E merupakan jenis antioksidan yang bersifat eksogen dan berperan melawan
radikal bebas yang ditimbulkan oleh stress fisilogik. Kebutuhan vitamin C dan E
dapat disesuaikan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
·
Chromium
Defisiensi chromium dihubungkan
dengan peningkatan kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida. Namun,
tidak semua penderita diabetes mengalami defisiensi chromium yang perlu
mendapat perhatian.
·
Magnesium
Magnesium dibutuhkan untuk
penderita DM dengan kontrol glikemik rendah atau penderita diabetes yang
mendapatkan terapi diuretik. Penurunan kadar magnesium dihubungkan dengan
ketidaksensitifan insulin, terutama pada penderita diabetes tipe-2. Kebutuhan
terhadap magnesium disesuaikan dan angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
·
Serat
Serat larut air dapat ditemukan
pada buah-buahan, gandum, dan padi-padian. Serat larut air dapat mempengaruhi
kadar glukosa dan insulin dengan menaikkan secara perlahan setelah makan.
Selain menaikkannya secara perlahan setelah makan serat larut air juga dapat
membantu menurunkan kadar lemak darah, mencegah terjadinya kelainan
gastrointestinal dan kanker kolon. Makanan yang mengandung 20 gram serat larut
air per hari ketika dikonsumsi bersamaan dengan karbohidrat (proporsi 50% total
energi) dapat menurunkan LDL secara cepat. Asosiasi Diabetes Amerika
menganjurkan konsumsi serat sebanyak 20-35 g per hari untuk penderita diabetes.
·
Bahan pemanis (gula alternatif)
Gula alternatif adalah bahan
pemanis yang jenisnya bukan sakarosa. Terdapat 2 gula alternatif yaitu yang bergizi dengan
yang tidak bergizi. Gula alternatif yang bergizi adalah fruktosa dan gula
alkohol berupa sorbitol, manitol, dan silitol. Adapun gula alternatif tidak
bergizi adalah aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif harus dalam
jumlah terbatas karena dalam jumlah tertentu dapat meningkatkan kolesterol dan
LDL, bahkan pada gula alkohol jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan
mempunyai pengaruh laksatif.
·
Sodium (garam)
Pada sebagian orang yang sensitif
terhadap sodium, konsumsi garam dalam jumlah tertentu berpengaruh terhadap
tekanan darah. Penyakit diabetes berhubungan dengan tekanan darah, terutama
pada diabetes tipe-2 lebih sensitif terhadap sodium dibandingkan dengan
individu pada umumnya.
Anjuran asupan sodium pada penderita diabetes
lebih kurang sama dengan individu pada umumnya yaitu ± 2.400-3.000 mg per hari.
Untuk penderita diabetes dengan
hipertensi anjuran asupan sodium < 2.400 mg per hari. Sementara untuk
penderita diabetes dengan hipertensi dan nepropathy, anjuran asupan sodium
yaitu + 2.000 mg per hari
No comments:
Post a Comment