Friday, 26 December 2014

Pola Makanan Diabetes



Pola makanan diabetesTingkat pengetahuan yang rendah dapat mempengaruhi pola makan yang salah sehingga menyebabkan kegemukan dan akhirnya membuat kadar glukosa darah menjadi naik. Diperkirakan sebesar 80-85% penderita DM tipe-2 mengalami kegemukan. Hal ini terjadi karena tingginya asupan karbohidrat dan rendahnya asupan serat. Salah satu upaya pencegahan DM adalah dengan perbaikan pola makan melalui pemilihan makanan yang tepat. Semakin rendah penyerapan karbohidrat, semakin rendah pula kadar glukosa darah. Kandungan serat yang tinggi dalam makanan mempunyai indeks glikemik yang rendah sehingga dapat memperpanjang pengosongan lambung yang dapat menurunkan sekresi insulin dan kolesterol total dalam tubuh.
Penderita DM dianjurkan menganut pola makan seimbang. Namun dari hasil penelitian terhadap penderita DM, ternyata 75% tidak mengikuti pola makan atau diet yang dianjurkan. Kebanyakan konsumsi serat masih kurang dari angka yang dianjurkan yaitu > 25 gram per hari. Selain itu, diet tinggi karbohidrat sederhana dan sereal rendah serat dapat meningkatkan risiko DM tipe-2. Di lain hal, ternyata asupan tinggi serat dapat mengendalikan kadar glukosa darah pada pasien DM.
Nilai zat gizi dan energi bagi penderita diabetes berbeda dengan orang yang sehat. Perhatikan nilai zat gizi dari makanan yang Anda konsumsi agar terhindar dari implikasi diabetes, seperti hipertensi dan penyakit jantung.

Energi
Total energi yang dibutuhkan penderita DM berbeda dengan orang yang tidak menderita DM. Total energi ini diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak. Satu gram karbohidrat dan protein masing-masingnya menghasilkan 4 kkal dan     1 g lemak menghasilkan 9 kkl. Proporsi masing-masingnya dalam total energi adalah 55-60% dari karbohidrat, 12-20% dari protein, dan lemak kurang dari 30%. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan metabolisms basal sebesar 25-35 kkal per kg berat badan normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus (misalnya kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi).

Karbohidrat
Jenis karbohidrat yang diutamakan adalah jenis kompleks karena selain merupakan sumber serat juga banyak di antaranya yang mengandung vitamin. Adapun jenis karbohidrat kompleks di antaranya nasi, roti tawar, jagung, sereal, havermout, kentang, ubi, singkong, tepung terigu, sagu, dan tepung singkong.
Jenis karbohidrat sederhana bagi penderita diabetes haruslah dibatasi. Karbohidrat sederhana misalnya semua jenis gula, madu, dan semua makanan yang diolah atau berbahan baku menggunakan gula dan madu. Karbohidrat jenis sederhana lebih cepat dicerna dan diserap sehingga membuat kadar glukosa darah meningkat dengan cepat dan tinggi sehingga terjadi keadaan hiperglikemia. Selain itu, karbohidrat sederhana juga tidak mengandung vitamin, mineral, dan serat. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengonsumsi gula murni sampai dengan 5% dari total energi (setara dengan 2,5 sdm gula pasir). Namun, penggunaannya didistribusikan untuk 1 hari.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah indeks glikemik dari makanan. Indeks glikemik (GI) adalah skala atau angka yang diberikan pada makanan tertentu berdasarkan seberapa besar makanan tersebut meningkatkan kadar gula darah dan skala yang digunakan adalah 0-100. Indeks glikemik disebut rendah jika berada di skala < 50, indeks glikemik sedang jika nilainya 50-70, dan indeks glikemik tinggi jika angkanya > 70.
Makanan dengan indeks glikemik tinggi dengan cepat dipecah di saluran pencernaan dan akan melepaskan glukosa secara langsung ke dalam darah, akibatnya terjadi peningkatan kadar glukosa darah dengan cepat dan tinggi. Sementara itu, makanan dengan indeks glikemik rendah dipecah dengan lambat dan akan melepaskan glukosa secara bertahap ke dalam darah sehingga akan menghasilkan efek kurva glukosa darah yang halus tanpa fluktuasi. Oleh karena itu, makanan dengan indeks  glikemik rendah akan membantu mengatur kadar glukosa darah pada orang dengan penyakit DM.

Tabel Indeks Glikemik Beberapa Makanan
Bahan Makanan
IG
Bahan Makanan
IG
Glukosa
138
Sereal (terbuat dari padi-padian)
73
Kentang dan Zat tepung
135
Spagheti
66
cornflakes (makanan yang terbuat dari gandum dan jagung)
119
Apel
53
Roti putih
100
Es krim
52
gula putih (surkrosa)
86
Susu
49
Beras/nasi
83
Madu asli (fruktosa)
30
Pisang  
79










               
Dari tabel di atas, terlihat bahwa kentang mempunyai indeks glikemik lebih tinggi dibandingkan gula putih dan es krim. Indeks glikemik es krim menjadi rendah karena dalam proses pembuatannya ada campuran bahan yang berindeks glikemik tinggi dengan bahan yang berindeks glikemik rendah, yaitu campuran gula pasir dan susu. Oleh karena itu, Anda harus memperhatikan saat mengonsumsi karbohidrat murni yang bukan merupakan bagian dari makanan campuran.
1.       Pada saat mengonsumsi snack di antara waktu makan, dianjurkan memilih snack dengan indeks glikemik rendah. Lebih baik mengonsumsi 1 buah apel ketimbang 1 iris roti.
2.       Gula pasir akan memiliki indeks glikemik tinggi saat dikonsumsi sebagai pemanis teh atau kopi. Namun, indeks glikemiknya akan rendah jika dicampurkan ke dalam makanan, misainya dicampurkan ke dalam masakan sayuran, lank pauk, atau diolah sebagai campuran dalam sereal.
3.       Kentang indeks glikemiknya juga akan tinggi jika dikonsumsi dalam bentuk tunggal dan akan rendah jika dikonsumsi dalam bentuk olahan atau campuran. Kentang panggang atau rebus indeks glikemiknya lebih tinggi dibandingkan dengan sup kentang, perkedel kentang, atau donat kentang. Jika ingin mengonsumsi kentang panggang atau kentang rebus, sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan makanan lain.

Protein
Kebutuhan protein pada penderita DM sama dengan populasi secara umum. Kecukupan protein yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 0,8-1 g per kg berat badan atau setara dengan 12-20% dari total energi dan ini sama dengan kebutuhan penderita DM. Kelebihan jumlah asupan protein harus dihindari karena bisa berisiko terhadap kesehatan, terutama ginjal.
Jika tidak ditangani dengan baik dan mengabaikan jumlah asupan protein yang berlebihan, penyakit DM akan berakibat timbulnya komplikasi pada organ ginjal. Manifestasi lanjut kelainan ginjal pada DM ini disebut dengan nefropati diabetik. Seseorang dikatakan dalam stadium nefropati diabetik bila ditemukan albumin pada urin penderita DM. Keadaan ini sering diikuti dengan hipertensi dan menurunnya fungsi ginjal. Pada keadaan ini, perlu dilakukan pembatasan protein menjadi 0,8 g per kg berat badan atau sekitar 9-10% dari total energi.

Lemak dan Kolesterol
Pemberian lemak total dianjurkan tidak lebih dari 30% total energi dengan komposisi 10% berasal dari lemak tidak jenuh ganda, 10% dari lemak tidak jenuh tunggal, dan 10% lagi dari lemak jenuh. Untuk pemberian kolesterol dianjurkan dibawah 300 mg per hari. Namun, pada beberapa pasien DM yang mempunyai kadar trigliserida darah tinggi dan kadar LDL kolesterol tinggi akan mempunyai respons yang lebih baik jika diberikan lemak tidak jenuh tunggal sebesar 40-45%.
DM yang disertai dengan peningkatan kadar trigliserida dan LDL darah serta penurunan kadar HDL kolesterol dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Secara umum, kejadian penyakit jantung setidaknya dapat terjadi 2-3 kali lebih banyak pada DM tipe-2. Pada DM tipe-1, kadar lemak darahnya tidak berbeda dengan non penderita diabetes, tetapi mereka masih berisiko terkena penyakit jantung.
Pada prinsipnya, perbaikan profit lemak darah akan menurunkan komplikasi jantung pada DM, yaitu dengan menurunkan lemak total, LDL, trigliserida, dan menaikkan HDL darah melalui pengaturan makanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi asam lemak jenuh dengan asam lemak tidak jenuh ganda dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Sumber asam lemak tidak jenuh adalah minyak zaitun, minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak jagung, minyak kacang kedelai, kacang-kacangan dan alpukat. Jenis makanan ini mengandung lemak yang baik, tetapi nilai energinya juga tinggi sehingga jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan membawa dampak pada peningkatan berat badan atau kegemukan.

Vitamin dan Mineral
Respons pemberian tambahan vitamin dan mineral pada penderita DM sangat ditentukan oleh status gizi individu. Hanya individu yang mengalami defisiensi vitamin dan mineral yang mendapatkan keuntungannya, terutama pada penderita diabetes yang membatasi secara ekstrim asupan energi, vegetarian, orang tua, ibu hamil, dan menyusui.
·         Vitamin
Sebuah penelitian mengatakan asupan vitamin antioksidan (vitamin C dan E) perlu diperhatikan. Vitamin C dan E merupakan jenis antioksidan yang bersifat eksogen dan berperan melawan radikal bebas yang ditimbulkan oleh stress fisilogik. Kebutuhan vitamin C dan E dapat disesuaikan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
·         Chromium
Defisiensi chromium dihubungkan dengan peningkatan kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida. Namun, tidak semua penderita diabetes mengalami defisiensi chromium yang perlu mendapat perhatian.
·         Magnesium
Magnesium dibutuhkan untuk penderita DM dengan kontrol glikemik rendah atau penderita diabetes yang mendapatkan terapi diuretik. Penurunan kadar magnesium dihubungkan dengan ketidaksensitifan insulin, terutama pada penderita diabetes tipe-2. Kebutuhan terhadap magnesium disesuaikan dan angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
·         Serat
Serat larut air dapat ditemukan pada buah-buahan, gandum, dan padi-padian. Serat larut air dapat mempengaruhi kadar glukosa dan insulin dengan menaikkan secara perlahan setelah makan. Selain menaikkannya secara perlahan setelah makan serat larut air juga dapat membantu menurunkan kadar lemak darah, mencegah terjadinya kelainan gastrointestinal dan kanker kolon. Makanan yang mengandung 20 gram serat larut air per hari ketika dikonsumsi bersamaan dengan karbohidrat (proporsi 50% total energi) dapat menurunkan LDL secara cepat. Asosiasi Diabetes Amerika menganjurkan konsumsi serat sebanyak 20-35 g per hari untuk penderita diabetes.
·         Bahan pemanis (gula alternatif)
Gula alternatif adalah bahan pemanis yang jenisnya bukan sakarosa. Terdapat 2  gula alternatif yaitu yang bergizi dengan yang tidak bergizi. Gula alternatif yang bergizi adalah fruktosa dan gula alkohol berupa sorbitol, manitol, dan silitol. Adapun gula alternatif tidak bergizi adalah aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif harus dalam jumlah terbatas karena dalam jumlah tertentu dapat meningkatkan kolesterol dan LDL, bahkan pada gula alkohol jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan mempunyai pengaruh laksatif.
·         Sodium (garam)
Pada sebagian orang yang sensitif terhadap sodium, konsumsi garam dalam jumlah tertentu berpengaruh terhadap tekanan darah. Penyakit diabetes berhubungan dengan tekanan darah, terutama pada diabetes tipe-2 lebih sensitif terhadap sodium dibandingkan dengan individu pada umumnya.
Anjuran asupan sodium pada penderita diabetes lebih kurang sama dengan individu pada umumnya yaitu ± 2.400-3.000 mg per hari. Untuk penderita diabetes  dengan hipertensi anjuran asupan sodium < 2.400 mg per hari. Sementara untuk penderita diabetes dengan hipertensi dan nepropathy, anjuran asupan sodium yaitu + 2.000 mg per hari